Senin, 29 Februari 2016

Susahnya Mengendalikan Amarah


Iya, marah itu susah dikendalikan. Kalau mudah sih, dunia ini tentram dan damai.
Tapi tau nggak sih, marah itu hanya merusak hati atau pikiran. Jangan luapkan amarahmu kepada orang lain sebab bak paku yang ditancamkan di sebuah papan kemudian ditarik kembali, dan terjadi berulang-ulang. Ada banyak lubang walau paku sudah ditarik- tak hilang dan berbekas. Seperti itu hati manusia.

Jangan menyalahkan apapun dan siapapun, bersyukurlah dengan saat ini.
Mungkin masih banyak diluar sana yang sakitnya tak seberapa dibandingkanmu, yang hidupnya ingin sepertimu, yang dirinya ingin tampak sepertimu dan juga yang ingin hidup kembali menggantikan hidup yang kau sia-siakan ini.

Amarah itu hanya akan melemahkanmu, mengoyahkanmu, dan pada akhirnya menghancurkanmu.

Berlapang dada lah, buat hatimu seluas langit diangkasa dan sedalam samudera.

Jika saja Allah sang pencipta kita maha pemaaf, apalah kita yang cuma ciptaan.

Sabar kunci menghalau amarah.
Sabar.. walau itu berat-

Minggu, 28 Februari 2016

Harapan

Pasti Berujung




Senyum menawan itu terbalut kerudung satin berwarna lembut membuat ku terpaku sesaat. Benarkah itu kiranya dia?
"Tunggu!"
"..."
"Hey!" Sautku menarik tangannya.
Ya Tuhan kulit tangan begitu halus, batinku.
Sontak dia pun refleks melempar tanganku. Pupil matanya membesar. Dia terkejut.
"Ah, maaf." Katanya
"..." Lidahku kelu dan sulit rasanya mengalihkan pandanganku darinya.
"Ada yang bisa dibantu?" Tanyanya terlihat gelisah ku pandangi.
"Nina, kau Nina kan?" Tersadar, aku langsung memberondongnya dengan pertanyaan mengabaikan pertanyaan yang lain.
Dia tampak bingung dan mungkin sedikit resah. "Ini aku, Deka." Tambahku.
Akhirnya dia tersenyum walau kikuk.