Sabtu, 19 Juli 2014

Mengoreksi Diri



Terkadang kita merasa bahwa kita adalah orang yang amat malang padahal kita sudah berkelakuan baik. Kemudian kita bertanya-tanya apa salah kita sehingga bisa begitu. Nah, kebanyakan orang-orang berpikiran  begitu, bukan?

Seharusnya kita itu bercermin dari penilaian orang sekitar. Kita bisa bercermin pada orang-orang terdekat kita. Dan hasil pencerminan itu berupa reaksi atau pun sikap orang yang berperilaku pada kita. Hormat kah, segan kah, sepele kah atau yang lainnya.

Maka pilihlah sahabat atau teman yang dapat mengkoreksi sifat dan perilaku buruk kita. Bukan yang membiarkannya atau membuatnya makin menjadi-jadi. Karena itu yang paling menyenangkan dan indahya  pertemanan.

Memang sulit melihat kesalahan sendiri bahkan menyadarinya. Tapi kita tetap harus mengkoreksi diri agar menjadi pribadi yang menyenangkan banyak orang dengan akhlak yang baik kita. Mungkin sering kali dalam candaan, gurauan atau hal-hal yang dianggap tak serius pun bisa membuat sakit hati. Namun apabila hati kita tersakiti oleh hal-hal tersebut, kita harus memaklumi dan berlapang dada. Tetapi bila itu berulang kali dan sungguh keterlaluan maka tegurlah. Sebab itu tugas kita untuk saling mengingatkan.

Dan salah satu contoh pribadi saya adalah ter-hacked-nya akun social media saya oleh seseorang yang baik hatinya. Kenapa saya bilang baik hatinya? Sebab saya yakin itu cara dia menegur saya karena mungkin  saya pernah membuatnya kesal atau pernah saya sakiti hatinya, baik dengan perbuatan atau pun perkataan. Dan Karena saya pribadinya  tipe orang yang cuek-an. Jadi, kurang mempersalahkannya persoalan tersebut. Namun bagi orang lain yang mengalami kejadian tersebut mungkin akan marah-marah, kesal setengah mati bahkan berprasangka buruk pada orang tertentu yang belum tentu bersalah. Saran saya sih ambil sisi positifnya, ngapain buang waktu mikirin itu. kalau bisa di benerin, alhamdulillah tapi kalau sudah gak ada harapan lagi ya nggak apa apa juga. Mungkin sudah saatnya buat yang baru atau pindah ke sosmed lain. Kalau saya ya bersyukur juga kan bisa jadiin contoh juga dalam tulisan ini. hehe

Nah, dari persoalan diatas, pelajaran yang dapat diambil adalah tetap berprasangka baik dan mengambil point yang positifnya. Mungkin itu dapat membahagiakan seseorang yang disana, bukan? Atau mungkin sudah waktunya berhenti dan mencari kegiatan yang lebih positif.
Banyak sekali orang-orang yang tenggelam dalam amarah, dendam, dengki atau hal sejenis itu. Bukannya hal yang seperti itu merusak hati? Jagalah hati kita sebab kita adalah makluk yang paling special yang dicipatkan Allah karena memiliki perasaan akan akal dibandingkan yang lainnya.
So, readers keep positif thinking!!!

Sekian pandangan saya mengenai ini. Terima kasih.

wassalamualaikum.

Tidak ada komentar :